Catatan harian
Episode: Pahlawan "Berselimut"
Sejenak berpikir berita tentang satelit Indonesia yang berhasil dimiliki kembali Indonesia, setelah sempat jadi milik negara tetangga, atas usaha heroik Pak Tifatul Sembiring, Menteri Komunikasi dan Informatika.. ini gosip apa hoax? tiba-tiba redaktur menagih artikel...twing...yahh Tabletku tertekan ikon 'sampah', terhapus semua deh.
No problem, tinggal bongkar memori di kepala lagi, aku tak mau lama sesali, apapun yang terjadi, nikmati.....
29 April 2014.
Rencana ke Bekasi naik Kereta Api dari Station Ciputat jam 10 pagi batal, akibat kereta trouble. Kembali menantu menawarkan untuk diantar saja ke Salemba, biar nanti bisa bareng putriku dari sana ke Bekasi. Aku tetap memilih naik kereta. Akhirnya diantarlah aku ke Manggarai sekalian juga mengantar putraku yang balik lagi dampak kereta trouble tadi.
Bagi pekerja yang tinggal diseputar komplek perumahan Ciputat Tangerang Selatan berkantor di Jakarta, moda transportasi Kereta Api dan baru berpaling jika keretanya harus direparasi. Sebab seandainya bawa mobil pribadi harus jam 6 pagi sudah keluar garasi untuk
menghindari macet dijalan. Aku makin paham kenapa putraku pilih naik Kereta Api, ketika menyaksikan disepanjang jalan kawasan 3 in 1 beberapa orang melambaikan tangan, isyarat menjual jasa joki penumpang untuk melewati jalan dikawasan Kuningan.
Usai formalitas sweeping kendaraan masuk area kantor, putraku turun, giliran menantu gantikan posisi didepan untuk melanjutkan perjalanan...mutar dan memutar lagi akhirnya sampai di Station Manggarai. Bubar cipika cipiki, menantu bersama mobil Freed putihnya kembali melaju meninggalkan aku dibelantara manusia Jakarta.
Tuitttt...sinyal kereta dari arah Jakarta menuju Bekasi tiba.
Fenomena yang ada mematahkan perkiraanku bahwa naik kereta diatas jam masuk kerja lebih leluasa salah besar.
Penumpang yang menumpuk akibat dari pagi belum terangkut kini berebut naik. Semua ingin masuk seketika, tak pedulikan etika untuk dahulukan lansia, meski untuk sebuah Gerbong Khusus Wanita. Aku nyaris tertinggal bukan faktor usia, tapi 2 tas tentenganku sempat terhalang.
Jleg..kanan, jleg kiri...alhamdulillah 2 kaki sudah didalam, meski badan berhimpitan dan batas pandang hanya sampai bahu orang didepan, udara yang terhirup sepertinya asam arang yang dibuang dari napas sesama penumpang. Ya Allah mohon dikuatkan, kujaga hati jangan muncul keluhan. Barulah ketika muatan satu satu keluar, di Jatinegara aku kebagian kursi. Oh ternyata gerbong ini ber AC, semilir kesejukan mulai terasa. Gregg....kereta berhenti, bergegas aku turun di Station Cakung dan tak lama jarak tempuh, aku sudah bisa berteduh dirumah putriku di Bekasi, bagiMu ya Allah segala puji.
30 April 2014.
Perjalanan pulang ke Bandung dengan Kereta Api malam mencatat nuansa yang sungguh mencengang, nanti akan kuceritakan kehadiran Pahlawan "Berselimut". Taxi tiba di Station Gambir tepat adzan Magrib, kami bertiga : aku, putriku dan suami tercintanya langsung menuju Mushola dan selesai sholat naiklah kami ke lantai 2. Wouw... Lagu nostalgia ! Pas banget dengan suasana malam yang dingin. Kali ini managemen PT KAI pandai memanjakan Calon Penumpang, sungguh jauh beda dengan layanan penumpang Klas Ekonomi yang aku naiki kemarin siang.
Kami mencari posisi duduk jauh dari hingar bingar, agar suara drum tak terlalu menyambar. Kulirik jarum jam diposisi angka 6 lewat, masih panjang menunggu waktu berangkat. Kumanfaatkan berODOJ (One Day One Juz), antisipasi subuh kecapean, karena bakal sampai di Bandung larut malam.
Untuk membunuh waktu aku mendekati Klus Plus Mania, suasana hangat menyelimuti. Amboi...lagu lagunya menghantar anganku menjalar kemasa remaja ketika dilantunkan tembang 'Kembali ke Jakarta'.
Tepat jam 19.30 kereta Parahyangan Eksekutif bergerak. Dinginnya AC yang bagi semua penumpang sangat nyaman, bagiku merupakan siksaan. Kulirik seat sebelah kosong, mending aku mulai rebah, tapi dingin makin merambah, aku tak mampu sembunyikan gelisah.
Ya Allah hamba tak tahan, tolonglah alirkan kehangatan.
Tiba tiba putriku menghampiri dengan menenteng selimut. Belum habis kudibuat terkejut, sambil menyelimutiku dia bilang : "ini Akang yang selipkan dalam ranselnya Ma", dia ingat sewaktu tidur kemarin dirumah, meski kepanasan Mama tak mau menyalakan AC.
MasyaAllah, tak menyangka ada Pahlawan "Berselimut" dikereta, yang dikirim Allah melawan dinginnya AC, jadikan aku lelap dikursi hingga bermimpi. Ini rupanya jawaban Allah atas doaku.
Ya, dalam mimpiku naik kereta ekonomi, kembali berdiri, tapi bedanya aku nyaman, kanan kiriku ada spasi, hingga
Aku mampu melakukan ODOJ One Day One Juz) persis seperti yang tergambar penumpang kereta luar negeri yang dibawah akan aku suguhkan.
Begitu terbangun mata terantuk TV didinding sepi sendiri, siapa yang sudi menonton larut malam hanya untuk promosi seputar Kereta Api ?
Roda kereta terakhir berputar tepat jam 22.30 malam.
Kumelangkah pelan dan ketika menuruni tangga kereta kutinggalkan satu harapan, moga adegan dalam mimpiku menjadi kenyataan.
Bandung Juara.....aku pulaaaaang.
*kuhadiahkan caratan ini untuk salah satu putriku yang hari ini, 14 Mei milad.